Konsep Kepribadian Maslow

06.09
KONSEP KEPRIBADIAN MASLOW

Istilah psikologi humanistik diperkenalkann oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama dibawah kepemimpinan Maslow dalam mencari alternatif dari dua aliran psikologi sebelumnya yaitu Behaviorisme dan Psikoanalisa. Psikologi humanistik sendiri bukan suatu organisasi tunggal dari teori atau sistem, tetapi lebih tepat jika disebut sebagai gerakan. Maslow sendiri, menyebut Psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force)
Meskipun tokoh-tokoh gerakan ini memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka mempunyai akar yang sama mengenai konsep tentang manusia yaitu filsafat eksistensialisme. Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang mempermasalahkan manusia sebagai individu yang unik dengan keberadaannya di dunia (Being in the world). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan atau lingkungan, sebaliknya paham ini menekankan pada kebebasan individu untuk memilih dan menentukan nasibnya sendiri, dan bertanggung jawab atas apa yang dipilihnya. Seperti ungkapan Sartre : “Aku adalah pilihanku”.
Karena inilah eksistensialisme menarik bagi para ahli psikologi humanistik. Para ahli psikologi humanistik menekankan bahwa manusia adalah agen yang sadar, bebas memilih dan bertanggung jawab. Psikologi humanistik mengambil model dasar eksistensialisme.
Berbicara tentang psikologi humanistic tidak dapat dilepaskan dengan tokoh fenomenalnya yaitu Abraham Maslow. Secara singkat Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia sebagai pendorong (motivator) membentuk suatu hierarki atau jenjang peringkat. Pada awalnya Maslow mengajukan hierarki lima tingkat, namun di kemudian hari dia menambahkan dua kebutuhan lagi yaitu kebutuhan untuk mengetahui dan memahami serta kebutuhan estetika. Namun belum jelas bagaimana kedudukan kedua kebutuhan ini dalam hierarki awal tersebut. Menurut Maslow jika tidak ada satupun kebutuhan hierarki tersebut terpuaskan, perrilaku akan didominasi oleh kebutuhan fisiologis. Akan tetapi, jika kebutuhan fisiologis telah terpuaskan semua, kebutuhan tersebut tidak lagi dapat mendorong atau memotivasi, kebutuhan tingkat berikutnyalah yang yang bertugas memotivasi dan begitulah seterusnya.
Menurut Maslow, selama hidupnya manusia selalu menginginkan sesuatu. Manusia adalah binatang yang berhasrat (desire) dan jarang mencapai taraf kepuasan sempurna, kecuali untuk suatu saat yang terbatas. Begitu suatu hasrat terpuaskan segera muncul hasrat lain sebagai penggantinya.
Kebutuhan dasar (fisik) harus lebih dulu dipenuhi sebelum beranjak pada pemenuhan kebutuhan psikologis (cinta, rasa aman, dan harga diri). Selanjutnya hal ini harus dilakukan dengan hati-hati sebelum kita memenuhi kebutuhan kita.
Maslow sebenarnya tidak memberikan teori yang komprehensif mengenai perkembangan kepribadian. Ia hanya lebih merasa prihatin mengenai perkembangan aktualisasi diri manusia. Lebih jauh lagi Maslow mengungkapkan berbagai gagasan bagaimana seorang individu bisa mengaktualisasikan diri, dan bagaimana melalui pendidikan masyarakat dapat mendorong aktualisasi diri.
Namun aktualisasi diri merupakan suatu tujuan yang tak pernah bisa dicapai secara otomatis. Salah satu prasyrat untuk mencapai aktualisasi diri adalah terpuaskannya berbagai kebutuhan yang lebih rendah, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, memiliki dan cinta, serta penghargaan. Meskipun demikian, sebenarnya orang-orang yang telah memenuhi kebutuhan dasar pun, gerakan ke arah aktualisasi diri ini tidaklah mudah.


Struktur kepribadian
Menurut Maslow, manusia memiliki struktur psikologis yang analog dengan struktur fisik: mereka memiliki “kebutuhan, kemampuan, dan kecenderungan yang sifat dasarnya genetik.” Kebutuhan, kemampuan, dan kecenderungan itu secara esensial sesuatu yang baik, atau paling tidak netral. Dasar dari teori maslow ini yaitu humanistic, yang menitik beratkan pada ranah kesadaran. Selain itu menyesuaikan dengan kapasitas bawaan dari individu yang menjadikannya sebagai ciri unik individual. Orang yang dikaji oleh Maslow ini merupakan orang yang sehat dan kreatif bukan seperti yang dikaji oleh psikoanalisa yaitu orang sakit atau abnormal. Struktur kepribadian Maslow ini berupa kebutuhan-kebutuhan individu yang dapat dijelaskan dalam beberapa bagian. Kebutuhan ini merupakan dorongan bagi manusia untuk berperilaku.










Bagan Kepribadian Maslow

















Kebutuhan dibagi menjadi 2 yaitu kebutuhan dasar (basic needs) dan kebutuhan meta (meta-needs). Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan karena kekurangan. Kebutuhan-kebutuhan dasar meliputi lapar, kasih sayang, rasa aman, harga diri, dan sebagainya. Sedangkan meta-kebutuhan adalah kebutuhan untuk perkembangan. Metakebutuhan meliputi keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan sebagainya. Kebutuhan dasar lebih kuat daripada meta-kebutuhan, namun meta-kebutuhan dapat disubtitusikan atau diganti. Kebutuhan dasar dan meta-kebutuhan itu merupakan instingtif yang melekat pada manusia.




Jenjang Need Deskkripsi
Kebutuhan berkembang (meta-need) Self actualization needs (meta-needs) Kebutuhan orang untuk menjadi yang sesuai dengan potensinya. Kebutuhan kreatif, realisasi diri, pengembangan self.
Kebutuhan harkat kemanusiaan untuk mencapai tujuan, menjadi lebih baik. Kebutuhan yang berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman, pemakaian kemampuan kognitif secara positif, mencari kebahagiaan dan pemenuhan kepuasan alih-alih meghindari rasa sakit. Masing-masing kebutuhan berpotensi sama, satu bisa mengganti lainnya,
Kebutuhan karena kekurangan (basic need) Esteem needs


Kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, kepercayaan diri. Kebutuhan prestise, penghargaan ddari orang lain, status, ketenangan, dominasimenjadi penting, kehormatan dan apresiasi.

Love needs Kebutuhan kasih sayang, keluarga, sejawat, pasangan. Kebutuhan menjadi bagian dari kelompok, masyarakat.
Safety needs Kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur, hukum, keteraturan, bebas dari takut dan cemas, batas.
Psychological needs Kebutuhan homeostatik: makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat, dan seks.

Pemisahan tidak berarti masing-masing bekerja secara eksklusif, tapi kebutuhan bekerja tumpang tindih sehingga bisa dimotivasi oleh lebih dari satu kebutuhan. Tidak ada basic needs yang terpuaskan 100%, begitu juga sebaliknya pada meta-need. Maslow memperkirakan rata-rata orang dapat terpuaskan kebutuhan fisiologis sampai 85%, kebutuhan keamanan 70%, kebutuhan dicintai dan mencintai terpuaskan 50%, self esteem terpuaskan 40%, dan kebutuhan aktualisasi diri terpuaskan sampai 10%. Perbandingan antara kebutuhan-kebutuhan dipostulatkan oleh Maslow sebagai berikut :
1. Kebutuhan meta muncul belakangan dalam evolusi perkembangan manusia. Semua makhluk hidup membutuhkan makan dan minum, tetapi hanya manusia yang memiliki kebutuhan aktualisasi diri, mengetahui dan memahami. Karena itu semakin tinggi tingkatkebutuhan yang dimilikinya, semakin jelas beda nilai kemanusiaanya.
2. Kebutuhan yang lebih tinggi muncul belakangan dalam perkembangan individu. Aktualisasi diri baru akan muncul pada usia pertengahan. Bayi hanya memiliki kebutuhan fisiologis dan keamanan, dan pada masa adolesen muncul belonging, cinta, dan esteem.
3. Kebutuhan yang semakin lebih tinggi, semakin kurang kaitannya dengan usaha mempertahankan kehidupan, perolehan kepuasaan bisa ditunda semakin lama. Gagal memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi tidaj mengakibatkan keadaan darurat atau reaksi kritis seperti pada kegagalan memuaskan kebutuhan yang lebih rendah. Kegagalan untuk memuaskan kebutuhan dasra mengakibatkan individu merasakan kekurangan sesuatu, karena itu kebutuhan dasar juga disebut kebutuhan defisit atau kebuthan karena kekurangan (deficit need or deficiency need).
4. Kebutuhan meta memberi sumbangan yang lebih besar untuk tumbuh dan berkembang, dalam bentuk kesehatan yang lebih baik, usia panjang, dan memperluas efisiensi biologis. Karena alasan-alasan itulah kebutuhan meta disebut jua kebutuhan berkembang atau kebutuhan menjadi (growth need or being need).
5. Kebutuhan yang lebih rendah hanya menghasilkan kepuasan bologis, sedang kebutuhan yang lebih tinggi memberi keuntungan biologis dan psikologis, karena menghasilkan kebahagiaan yang mendalam, kedamaian jiwa, dan keutuhan kehidupan batin.
6. Kepuasan pada kebutuhan yang lebih tinggi melibatkan lebih banyak persyaratan dan lebih kompleks dibanding kepuasan pada tingkat yang lebih rendah. Misalnya, usaha untuk memperoleh aktualisasi dirimemerlukan prasayarat ; semua kebutuhan yang lebih rumit dan canggih dibanding usaha mendapat makanan.
7. Kepuasan pada kebutuhan yang lebih tinggi memerlukan kondisi eksternal-sosial, ekonomi, politik yang lebih baik dibanding kepuasan pada tingkat yang lebih rendah. Misalnya aktualisasi diri memerlukan kebebasan ekspresi dan mem[eroleh peluang dibandingkan kebutuhan rasa aman.

Abraham Maslow telah menyusun teori tentang motivasi manusia, dimana kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut digolongkan dan disusunnya ke dalam sebuah hirearki atau tingkatan berjenjang yang berbentuk seperti piramida yang terdiri dari lima level. Setiap kebutuhan dapat dipenuhi hanya jika kebutuhan jenjang sebelumnya telah (relative) terpuaskan terlebih dahulu. Pada dasarnya, kebutuhan manusia yang lebih rendah mempunyai kekuatan ataupun kecenderungan yang lebih besar untuk dipenuhi terlebih dahulu. Berikut ini adalah konsep hirearki kebutuhan manusia yang disusun oleh Abraham Maslow:

Kebutuhan Dasar 1 : Kebutuhan Fisiologis. (Basic Needs)
Kebutuhan fisiologis bersifat homeostatic (bersifat menjaga keseimbangan unsure-unsur fisik). Kebutuhan fisiologis berisi kebutuhan-kebutuhan primitif manusia yang bersifat kuat dorongannya untuk dipenuhi seperti makan, minum, kebutuhan akan glukosa, kebutuhan akan seks dan kebutuhan akan nutrisi. Sebagai contoh, melalui pengonsumsian makanan dan air, tubuh mencoba untuk memelihara berbagai macam keseimbangan dalam darah dan jaringan tubuh.


Kebutuhan Dasar 2 : Kebutuhan Keamanan. (Secure and Safety Needs)
Setelah kebutuhan fisiologis telah cukup terpenuhi, menurut Maslow, muncullah kebutuhan yang kedua, yaitu kebutuhan akan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut atau cemas. Kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanan merupakan kebutuhan manusia dalam mempertahankan hidupnya. Bedanya, kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan jangka pendek, sedangkan kebutuhan kemanaan merupakan kebutuhan jangka panjang. Kebutuhan ini sudah muncul sejak saat bayi dalam bentuk menangis, menjerit, dan hentakan yang sangat tegang untuk ditangani secara kasar, yang terkejut oleh suara gaduh atau lampu yang terang. Pada masa kanak-kanak, seseorang akan merasa lebih aman jika diasuh dalam keluarga yang memiliki suasana keluarga yang teratur, disiplin, terorganisir, penuh kasih sayang. Pada masa dewasa, kebutuhan akan rasa aman terwujud dalam bentuk kebutuhan pekerjaan dan gaji yang mantap sehingga masa depan dapat menjadi lebih terjamin, praktek beragama dengan penuh keyakinan, perlindungan pada korban-korban perang, pengungsian, dan masih banyak contoh yang lainnya. Menurut Maslow, kepribadian orang-orang yang menderita obsesif kompulsif banyak dilatarbelakangi oleh kegagalan memenuhi kebutuhan akan rasa aman ini.

Kebutuhan Dasar 3 : Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Love and Belonging Needs)
Setelah kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah cukup terpenuhi, menurut Maslow, muncullah kebutuhan yang ketiga, yaitu kebutuhan akan cinta dan perasaan dimiliki atau menjadi bagian kelompok sosial. Maslow menolak pendapat Freud bahwa cinta meupakan sublimasi dari insting seks. Menurut Maslow cinta tidak bersinonim dengan seks, dan cinta adalah hubungan yang sehat antara orang yang satu dengan yang lainnya yang melibatkan perasaan saling menghormati, saling menghargai dan attachment dari kedua belah pihak. Ada dua jenis cinta menurut Maslow, yakni Deficiency Love (D-Love) dan Being Love (B-Love). D-Love merupakan cinta yang lebih mementingkan diri sendiri, sedangkan B-Love didasari oleh perasaan menerima orang lain apa adanya tanpa ada keinginan untuk memanfaatkan orang yang dicintainya. Menurut Maslow, kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan cinta ini merupakan penyebab hampir seluruh bentuk psikopatologis.

Kebutuhan Dasar 4 : Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem Needs)
Ketika Kebutuhan akan cinta telah relative terpuaskan, maka dorongan dari kebutuhan akan cinta ini melemah dan digantikan oleh dorongan pemenuhan kebutuhan yang keempat, yakni dorongan pemenuhan kebutuhan akan harga diri (self esteem). Menurut Maslow, ada dua harga diri:
a. Menghargai diri sendiri (self respect): kebutuhan penguasan, kekuatan, kompetensi, prestasi, self confidence, kemandirian dan kebebasan. Seseorang akan merasa dirinya perlu mengenal dirinya sendiri agar dapat merasakan bahwa dirinya berharga sehingga orang tersebut mampu mengatasi tantangan-tantangan hidup.
b. Mendapatkan penghargaan dari orang lain (respect from others): Kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, harga diri, ketenaran,penghormatan dari orang lain, diterima dan mendapat apresiasi dari orang lain.
Kepuasan kebutuhan akan harga diri akan membuat seseorang menjadi lebih percaya diri, merasa berharga dan menimbulkan perasaan berguna bagi diri sendiri. Sebaliknya, ketidaksanggupan dalam pemenuhan kebutuhan ini akan menimbulkan sikap inferior, canggung, rendah diri, lemah, pasif, tidak berharga, dan tidak berdaya. Menurut Maslow, penghargaan dari orang lain hendaknya diperoleh berdasarkan penghargaan terhadap diri sendiri dan seseorang seharusnya memperoleh penghargaan berdasarkan kemampuanya sendiri

Kebutuhan Meta : Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs)
Setelah empat kebutuhan dasar telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan selanjutnya, yakni kebutuhan meta yang berupa kebutuhan yang dimiliki seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya dan mengoptimalkan potensi-potensi positif yang terpendam dalam dirinya. Aktualisasi diri merupakan keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (self fulfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, dan menjadi kreatif dan bebas dalam mencapai puncak potensi dirinya. Manusia yang telah mampu memenuhi kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya akan menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang tidak diketahui semua orang, dan mampu mengekspresikan kebutuhan dasar kemanusiaaan secara alami. Empat kebutuhan dasar, menurut Maslow merupakan kebutuhan karena kekurangan atau D-need (deficiency need), sedangkan kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan karena ingin berkembang atau B-need (being need). Menurut Maslow, kebutuhan dasar berisi kebutuhan konatif, sedangkan kebutuhan meta berisi kebutuhan akan estetik dan kognitif (contoh: kebutuhan akan keteraturan, kebutuhan akan kesempurnaan, kebutuhan keanggunan, dsb). Tidak terpenuhinya jenis kebutuhan ini akan berdampak terhadap kepribadian. Maslow menyebutnya sebagai metaphologies, suatu penyakit psikis dengan gejala-gejala merasa asing (alienasi), putus harapan, sinis, kebingungan dan depresi.

Selain kelima kebutuhan hirarkis di atas, Maslow sebenarnya masih mengemukakan satu kebutuhan lagi, yakni kebutuhan neurotik yang bekerja terpisah dari kebutuhan hirarkis. Kebutuhan neurotik muncul jika terjadi frustasi dalam keadaan yang ekstrim karena kebutuhan hirarkis tidak terpenuhi. Kebutuhan neurotik membuat seseorang mengalami stagnasi atau patologis tak peduli pada pemenuhan kebutuhan tersebut. Kebutuhan neurotik bersifat nonproduktif, gaya hidup reaktif, dan mengembangkan gaya hidup yang tidak sehat sebagai kompensasi kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Kebutuhan neurotik berbeda dari kebutuhan hirarkis, karena pemenuhan kebutuhan neurotik ini tidak membuat orang berkembang menjadi sehat seperti halnya pemenuhan kebutuhan hirarkis.

Perkembangan kepribadian Maslow
Perkembangan kepribadian Maslow pada puncaknya adalah pencapaian aktualisasi diri yang merupakan kebutuhan tertinggi dari hirarki kebutuhan manusia. Konsep tujuan hidup ini mirip dengan konsep Arsetif-self Jung, atau realisasi diri dari Horney. Menurutnya perkembangan tujuan mencapai aktualisasi diri itu bersifat alami, yang dibawa sejak lahir. Secara genetik manusia mremiliki potensi dasar yang positif. Disamping itu juga memiliki potensi dasar jalur perkembangan yang sehat, lebih mengikuti hakekat alami didalam dirinya.
Kebutuhan Neorotik merupakan perkembangan kebutuhan yang menyimpang dari jalur alami. Menurut Maslow penolakan, frustasi dan penyimpangan dari perkembangan hakekat alami akan menyebabkan psikopatologi. Dalam pandangan ini, apa yang baik mendasarkan dan mendekat pada aktualisasi diri dan yang buruk/abnormal adalah segala hal yang menggagalkan atau menghambat aktualisasi diri sebagai hakekat alami kemanusiaan.
Aktualisasi diri sebagai tujuan final-ideal hanya dapat docapai oleh sebagian kecil populasi dan dalam presentase kecil. Menurut Maslow rata-rata kebutuhan aktualisasi diri hanya terpuaskan 10%. Kebutuhan aktualisasi diri jarang terpenuhi karen sukar menyeimbangkan antara kebanggaan dengan kerendahan hati, antara kemampuan memimpin dengan tanggung jawab yang dipikul, antara mencemburui orang lain dengan perasaan berharga. Orang akhirnya menyangkal dan menarik diri dari kebutuhan aktualisasi diri karena perkembangan diri justru menyebabkan perasaan takut, terpesona, lemah dan tidak mampu. Orang menyangkal dan menolak kemampuan dan potensi tertingginya serta kreatifitasnya. Maslow menamakan perasaan takut, gamang, perasaan tidak berharga, dan meragukan diri memperoleh kemasyhuran dan aktualisasi diri.
Orang gagal mencapai aktualisasi diri karena merasa takut menyadari kelemahan dirinya sendiri. Masyarakat dapat mendorong aktualisasi diri. Maslow mengemukakan dua jalur aktualisasi diri, yaitu jalur belajar ; mengembangkan diri secara optimal pada semua tingkat kebutuhan hirarki dan jalur pengalaman puncak.
Delapan jalur mencapai aktualisasi diri melalui jalur pengambangan diri menurut Maslow antara lain :
1. Alami sesuatu dengan utuh, gamblang dan tanpa pamrih.
2. Hidup adalah perjalanan proes memilih antara keamanan dengan resiko.
3. Biarkan self tegak, usahakan untuk mengabaikan tuntutan eksternal mengenai apa yang seharusnya kamu pikirkan, rasakan dan ucapkan.
4. Apabila ragu maka jujurlah.
5. Gemar dengan seleramu sendiri, bersiaplah untuk tidak populer.
6. Gunakan kecerdasanmu, kerjakan sebaik mungkin yang ingin kamu kerjakan.
7. Buatlah pengalaman puncak.
8. Temukan siapa dirimu, apa pekerjaanmu, apa yang kamu senangi dan tidak kamu senangi.

Pengalaman Puncak
Menurut Maslow banyak orang mencapai aktualisasi diri ternyata mengalami pengalaman puncak. Pengalaman puncak bisa diperoleh dari mengalami sesuatu yang sempurna, nyata dan luar biasa, menuju keadilan dan nilai yang sempurna. Sepanjang mengalami hal itu orang akan merasa sangat kuat, percaya diri, dan yakin. Pengalaman puncak mengubah seseorang menjadi merasa lebih harmoni dengan dunia. Pemahaman dan pandangan menjadi luas. Maslow menerima gambaran pengalaman puncak yang disusun oleh William James sebagai berikut :
1. Tak terlukiskan (ineffability), pengalaman puncak adalah ekspresi keajaiban yang tidak tergambarkan oleh kata-kata dan tidak dapat dijelaskan pada orang lain.
2. Kualitas kebenaran intelektual (neotice quality), pengalaman menemukan kebenaran dari hakekat intelektual.
3. Waktunya pendek (fransiency) tidak bertahan lama.
4. Pasif (passivity) orang yang mengalami pengalaman mistis merasa kemauannya tergusur, dan kadang merasa terperangkap dan dikuasai oleh kekuatan yang sangat bersar.
Pada mulanya Maslow berpendapat bahwa pengalaman puncak ini hanya dapat dialami oleh orang-orang tertentu saja, khususnya yang sudah mencapai aktualisasi diri akan mengalami secara berkali-kali, namun menurut Maslow rata-rata orang kebanyakan pernah mengalaminya.







Contoh tokoh
a. K.H Abdurrahman Wahid
K.H Abdurrahman Wahid, sebagai seorang yang tidak sempurna secara fisik, sosok yang akrab dipanggil Gus Dur ini adalah sosok yang sangat luar biasa. Dia menjadi panutan dan rujukan berbagai kalangan dari mulai intelektual, agamawan, politisi, hingga orang awam. Dia telah mengaktualisasikan dirinya sehingga kelemahan-kelemahannya hampir tertutupi. Terlepas selalu adanya kontroversi tentang mantan Presiden RI ke-4 ini tapi beliau sudah banyak memperjuangkan hak-hak asasi manusia sebagai wujud aktualisasi dirinya. Terwujudnya demokrasi di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok yang satu ini. Itulah bukti konkrit bahwa ia adalah sosok yang memiliki integritas dan telah mencapai self actualization. Terlepas keputusan-keputusan politiknya punya banyak kelemahan tapi itu tugas pengamat politik untuk mengkritiknya.
b. Ayatullah Khomeini
Beliau dibesarkan dari keluarga yang bernuansa Islami dan dia dituntut oleh orang tuanya untuk selalu mempelajari kitab-kitab Islam. Pada saat itu kondisi di Iran juga masih mengalami konflik suku dan agama yang menimbulkan penindasan dan kesengsaraan masyarakat sekitar. Ayahnya adalah salah satu figur yang memberikan kesan yang mendalam terhadap dirinya karena perjuangan ayahnya menentang tuan tanah yang menyebabkan kesengsaraan masyarakat sekitar sehingga orang tuanya meninggal. Peristiwa yang terjadi dan pengalaman ayahnya itu yang mendorong dirinya untuk memperjuangkan rakyatnya demi tegaknya Islam di bumi Iran. Hal itu pula yang menjadikan keteguhan hati dan merupakan watak yang amat jelas pada kehidupan Khomeini.
Beliau telah memberikan nama besar bagi kemajuan Islam di Iran. Dia mengaktualisasikan diri bahwa ia hidup untuk Islam, alat Islam, ia tak memiliki tujuan selain menghidupi Islam. Individualitasnya tampak melebur dengan universalitas tujuannya yang lebih tinggi, tidak adanya kekacauan mental, tidak ada reaksi batin tehadap lingkungannya. Yang ada hanyalah pola tugas yang tak terelakkan yang menempatkannya pada pengabdian untuk Allah. Dia telah mencapai tujuannya meskipun ia tetap berjuang untuk menyempurnakan negaranya ia telah sepenuhnya terlepas dari seluruh kecemasan batin, kerusuhan batin, konflik batin. Disiplin dan keteguhan seluruh hidupnya yang luar biasa tercermin dalam wataknya yang memiliki ciri yang tak mau menyerah.


DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian. UMM Press. Malang
Hall, Calvin S & Lindzey, Gardner. 2005. Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis). Kanisius. Yogyakarta
Koeswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Eresco. Bandung

0 komentar:

Posting Komentar