PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN KEPRIBADIAN PADA MASA REMAJA

22.54
BAB I
PENDAHULUAN

Semua oang dewasa pernah mengalami masa remaja, mungkin setiep orang mempinyai kenangan tersendiri akan masa itu. Pada masa remaja yang menurut sebagian ahli adalah masa yang marjinal tidak dapat dikategorikan kedalam masa kanak-kanak maupun masa dewasa. Remaja ada dalam tempat marjinal (Lewin, 1939). Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa tansisi atau peralihan (Calon, 1953) karena masa remaja belum mendapatkan status orang dewasa tetapi tidak lagi masuk dalam status anak-anak. Walaupun demikian masa remaja memang harus dilalui oleh siapapun, tidak ada yang dapat menghindarinya kecuali maut telah mendahului.
Pada masa ini remaja mengalami perkembangan kognitif dan kepribadian. Kesemuanya diatur oleh kematangan otak yang telah mengalami kemajuan pesat dari masa sebelumnya dan perkembangan fisik maupun biologis. Perkembangan kognitif ini didasari oleh teori pentahapan Piaget , operasional formal. Dimana selama hidupnya akan terjadi proses asimilasi dan akomodasi terhadap informasi yang ada di lingkungan. Pada masa ini remaja terjadi pergolakan dalam setiap pengambilan keputusan. Ini terjadi karena sebelumnya orang tua yang mendominasi dalam segala bentuk keputusan. Kognisi remaja dipengaruhi oleh suatu pemikiran egosentris, dimana remaja adalah aktor dan lainnya hanyalah pelengkap bagi dirinya. Sedangkan dalm urusan kepribadian, menurut Erikson terjadi kebingungan identitas padahal lebih tepatnya usaha untuk mencapai suatu originalitas.

BAB II
PEMBAHASAN

Perkembangan Kognitif

Pemikiran Operasional Formal
Konsep ini adalah hasil dari teori Piaget tentang perkembangan. Dalam teori ini operasional formal berlangsung pada usia 11 tahun hingga 15 tahun, pemikiran seorang remaja lebih abstrak daripada pemkiran seorang anak. Terjadi karena remaja berada pada dunia yang lebih luas dan pengalaman yang diperoleh lebih banyak daripada masa sebelumnya. Dengan abstraknya pemikiran mereka, remaja akan semakin tertantang untuk mencoba membuktikan pemikirannya. Pada masa ini mereka juga idealis, semuanya harus sesuai dengan yang diidealkannya. Di masa ini remaja juga dibingungkan oleh standar-standar ideal yang dibuat dan diadopsinya. Inilah yang membuat remaja mudah dipengaruhi pemikirannya dan seringkali menjadi berbagai ideologi. Mereka berpikiran ke masa depan, suatu yang dicita-citakan dengan ataupun tanpa ada rancanngan fondasi untuk dapat meraihnya.
Pada masa remaja hormon-hormon tertentu meningkat sehingga mempengaruhi bentuk tubuh seperti hormon testosteron pada laki-laki dan estradiol pada perempuan. Pada laki-laki terdapat perubahan bentuk tubuh seperti tumbuhnya rambut kemaluan, jakun, dada yang semakin bidang, tumbuh kumis, perbesaran pada penis, dan pertambahan tinggi badan. Sedangkan pada perempuan, terdapat perubahan pada buah dada yang semakin membesar, tumbuh rambut pada kemaluan, pertunbuhan tinggi badan, dan melebarnya pinggul. Itu semua diakibatkan oleh meningkatnya hormon-hormon disekresi oleh kelenjar tiroid. Dengan adanya perubahan seperti itu remaja akan menyadari bahwa di dunia ini diciptakan dua makhluk Tuhan yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam perkembangan kognisi, juga dipengaruhi oleh nature dan nurture. Maksudnya yaitu antara faktor nature (alami/bawaan) dan nurture (lingkungan) saling mempengaruhi, tidak ada pengaruh yang paling mendominasi. Nature dapat diartikan bahwa dalam proses kognisi dapat berjalan jika didukung dengan otak sebagai pengendalinaya. Pada proses ini sensasi dan persepsi sangat berpengaruh bagi remaja dalam berpikir dan ditunjukkan dengan perilaku. Sedangkan faktor nurture ini diibaratkan seperti tabula rasa. Pada masa remaja mulai banyak dijejali informasi dari luar tubuhnya dan pengalaman-pengalaman. Yang akibatnya remaja selalu memperhitungkan faktor nurture itu dalam kesehariannya, itupun sesuai dengan bagaimana remaja mempersepsi dan menggunakan kognitifnya.
Kognisi Sosial
Di masa remaja terdapat suatu kecenderungan sifat yaitu egosentrisme. Ini terbagi lagi menjadi dua yaitu penonton khayalan dan dongeng pribadi. Egosentrisme ini adalah suatu anggapan remaja bahwa dialah yang menjadi pusat dari segalanya dan yang lainnya hanyalah pelengkap bagi dirinya. Perasaan semacam ini wajar karena remaja sedang berproses dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan mereka sedang mencari arti dari sebuah realitas tanpa bantuan orang tua lagi/mandiri. Penonton khayalan adalah suatu persepsi remaja bahwa orang lain yang ada di sekitarnya itu selalu memperhatikannya. Contohnya yaitu bayangkan bila seorang anak perempuan kelas dua SMP yang menganggap bahwa semua mata tertuju pada keningnya hanyalah karena ada sebiji jerawat. Dia merasa sangat hina dan menyesal telah berada dalam situasi itu dan menyalahkan dirinya. Padahal apakah sampai sedemikian halnya pemikiran orang-orang sama dengan yang dipikirkan si anak SMP itu. Lain halnya dengan dongeng pribadi, yang merupakan bagian dari egosentrisme remaja yang meluputi perasaan unik seorang remaja. Dengan adanya rasa itu remaja beranggapan bahwa tidak ada yang dapat memahami dan mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya. Untuk mempertahankan rasa unik tersebut remaja membuat suatu cerita tentang dirinya dan fantasinya. Ini sering dicurahkan dalam bentuk cerita di buku harian mereka. Dan tentunya hanyalah mereka sendiri yang memahaminya.
Pengambilan Keputusan
Seiring dengan berjalannya waktu, remaja menjadi sebagai makhluk yang bereksistensial. Ini ditunjukkan dengan adannya sikap untuk mengambil keputusan sendiri. Walapun pada kenyataanya orang tua masih sering mengintervensi. Tapi di masa remaja terdapat keinginan melepas ketergantungan itu dan memilih untuk mengambil keputusan berdasarkan hasil sensasi dan persepsinya. Yang ingin ditonjolkan yaitu bahwa mereka punya kendali akan dirinya bukan orang lain dan mereka juga berpikir secara aktif dengan akalnya. Ini yang menjadikan mereka sering berselisih paham dengan orang tuanya dan orang lain karena berbeda pendapat dan penafsiran akan sesuatu. Remaja ada dalam tempat marjinal (Lewin, 1939). Itulah sebabnya integritas remaja dalam mengambil keputusan belum dianggap. Dikarenakan adanya persepsi bahwa remaja masih dikategorikan sebagai anak-anak bukan orang dewasa. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa tansisi atau peralihan (Calon, 1953) kareana masa remaja belum mendapatkan status orang dewasa tetapi tidak lagi masuk dalam status anak-anak. Oleh karena itulah remaja dipandang dalam posisi yang marjinal. Dalam pengambilan keputusan, di masayarakat terdapat ajaran budaya dan doktrin yaitu bahwa remaja itu masih merupakan tanggungan orang tua maka remaja sebagai anak yang patuh harus mau tunduk atas kehendak orang tua. Padahal dalam diri remaja itu terdapat suatu keinginan untuk menjadi dirinya sendiri, tidak ingin disamakan dengan orang tua. Lebih tepatnya mereka ingin dianggap berbeda dari masa sebelumya (anak-anak,red.) atau otentik.

Perkembangan Kepribadian

Kepribadian adalah sesuatu yang abstrak untuk dapat dilihat secara kasat mata. Kepribadian merupakan suatu konstruksi sosial yang dibuat oleh manusia guna memahami manusia. Kepribadian adalah kumpulan dari sifat-sifat relatif permanen pada manusia yang muncul pada saat tertentu secara konsisten. Kepribadian ini adalah suatu topeng dari watak yang dimiliki manusia, fungsinya untuk dapat menutupi wajah aslinya dari orang lain. Terdapat perbedaan antara watak dan kepribadian, watak merupakan sekumpulan sifat yang tidak mungkin diubah dan berasal dari bawaan sejak lahir, sedangkan kepribadian itu sama dengan watak tapi yang membedakan yaitu sifat-sifatnya bisa diubah karena hanya bersifat relative permanen. Kepribadian dimunculkan secara berbeda-beda dalam berbagai situasi dan merupakan suatu individual differences. Begitu pula dengan remaja yang sedang dalam perjalanan menuju dewasa dalam berhubungan dengan orang lain. Perlu diketahui bahwa setiap manusia itu mempunyai kepribadian semenjak lahir dan otentik/khas. Kepribadian ini contohnya yaitu bagaimana kita berbicara dengan orang lain, cara bergaul, berpakaian, duduk, berperilaku, dan lainnya. Pada masa remaja terdapat suatu dorongan untuk dapat berdiri sendiri dan originalitas. Ini dikarenakan adanya suatu kognisi pada remaja yang mengarahkan untuk harus berbeda dari pencitraan anak-anak dan dewasa. Maksud dari berdiri sendiri yaitu berusaha untuk bertindak tanpa bantuan orang tua. Karena tidak ingin dicap sebagai anak mami dan ingin bebas dari belenggu orang tua. Sikap ini mendorong remaja untuk memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya. Hasil dari pergaulan dengan teman sebaya menghasilkan suatu kelompok dengan pengkonformitasan kelompok antar sesama anggotanya. Baik itu berupa perilaku, sikap, dan cara pandang tentang kehidupan. Sebaliknya originalitas ini adalah salah suatu upaya remaja untuk membentuk kepribadian yang berbeda dari orang lain menurut keinginannya. Bukan seperti Erikson yang mengatakan bahwa pada masa remaja terjadi kebingungan identitas. Remaja sudah mempunyai kepribadian dan yang terjadi yaitu upaya untuk dapat membentuk sesuai dengan originalitasnya. Seperti dalam tinjauan Debesse (1936) yang mengatakan bahwa remaja sebetulnya menonjolkan apa yang membedakan dirinya dari orang dewasa, yaitu originalitasnya dan bukan identitasnya. Dan perlu diingat bahwa remaja itu mempunyai kecenderungan untuk memberikan kesan lain daripada yang lain (anak-anak dan dewasa).

BAB III
SIMPULAN

Dalam masa remaja terdapat perkembangan kognitif dan kepribadian. Dapat kami simpulkan bahwa pada masa remaja perkembangan kognitif meliputi :
1. Pemikiran operasional formal yaitu pemikiran lebih abstrak dari pemikiran seorang anak telah mengalami kemajuan. Remaja juga tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret aktual sebagai dasar pemikiran. Sebaliknya, mereka dapat membangkitkan situasi-situasi khayalan, kemungkinan-kemungkinan hipotetis, atau dalil-dalil dan penalaran benar-benar abstrak.
2. Kognisi sosial berupa egosentrisme. Yang dapat dikelompokkan menjadi penonton khayalan dan dongengng pribadi.
3. Pengambilan keputusan yaitu remaja dihadapkan pada situasi dimana dia bukan memjadi seorang anak lagi melainkan seorang yang mulai beranjak ke masa dewasa. Dan terdapat hasrat yang tinggi dalam mengambil keputusan karena ingin lepas dari bayag-bayang orang tua.
Sedangkan perkembangan kepribadian yaitu kecenderungan remaja melakukan originalitas dan berdiri sendiri. Orginalitas itu yaitu berusaha untuk membedakan dirinya dari kategori anak-anak dan dewasa. Sedangkan berdiri sendiri yaitu berusaha sendiri tanpa bantuan orang tua dan ingin dianggap mandiri.


Referensi :

Mönks, F.J., Knoers, A.M.P. dan Haditono, Siti Rahayu. (1989). Psikologi perkembangan: pengantar dalm berbagi bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
santrock, J. W. (2002). Live-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid II. Jakarta: Penerbit Erlangga

0 komentar:

Posting Komentar